Banyak yang salah fokus nampaknya tentang pemberitaan razia warung hingga perda syariah..hingga ada berita bahwa ada beberapa perda syariah dihapus..tentunya penghapusan perda ini juga harus menaati tata cara hukum yang tepat..soal hukum pemerintahan jangan tanya saya sebab saya bukan ahlinya😂😂..jadi saya akan melihat hal ini dari sisi yang berbeda..
membuat perda melarang warung buka tentunya tidak masalah namun sosialisasi dan pembinaan tentu sangatlah penting..selain itu penegakan sanksi perda tentunya harus sesuai teknis yang sudah dijelaskan pada perdanya
pertanyaannya..apakah menyita makanan tertulis dalam perda tersebut???
Jika tidak tetapi itu dilakukan tentu saja menyalahi teknis yang ada..dan tentunya sangat merugikan pihak yang lemah..bukan masalah yang punya warung miskin atau kaya tetapi lemah terhadap perlakuan yang seharusnya tidak diterima sebab menyalahi perda yang ada..mau dibilang makanan yang disita dibilang dapat diambil lagi atau tidak..tetap saja itu menyalahi protap yang ada dan tentu saja itu namanya sewenang-wenang terhadap yang lemah
Menegakkan syariah tentunya juga harus diupayakan..salah satunya dengan mengeluarkan perda yang sesuai dan tentunya memperhatikan sisi kemanusiaan serta melalui proses sosialisasi yang tepat sasaran dan pembinaan untuk memberikan pemahaman yang sama terhadap perda yang akan diberlakukan
Jadi fokus dalam berita ini sebenarnya adalah tindakan sewenang-wenang pada yang lemah dengan menyalahi aturan sanksi di perda yang dimaksud..jika ternyata ada beberapa pihak yang menyatakan beberapa perda seperti yang dimaksud diatas harus dicabut tentu saja itu kurang tepat..sebab seharusnya yang diperbaiki adalah protap pelaksanaan razia yang harus sesuai perda yang ada dengan mengutamakan sisi kemanusiaan yang ada..sekali lagi saya tegaskan sisi kemanusiaan dan bukan hak asasi manusia
Semoga umat muslim tidak mudah diadu domba dan dipecah belah dengan hal semacam ini dengan lebih seksama melihat akar permasalahan sesungguhnya..semoga kita dapat berpendapat untuk menyelesaikan masalah bukan menambah masalah atau memperdebatkan sapa yang benar..sebab dalam islam perdebatan merupakan salah satu hal yang harus dihindari terutama debat kusir
Berikut adalah beberapa kutipan yang mungkin bisa menjadi dasar pemikiran yang saya kutip dari www.teknoislam.com
Maaf saya mengutipnya dari media online dan bukan dari Al Qur'an secara langsung demi kemudahan..maka jika ada yang salah harap dibenarkan demi kebaikan..kutipan ini bukan lantas membuat saya menjadi sok alim atau sok baik..namun hanya untuk menjadi penengah diantara beberapa dari kalian..serta jangan sampai salah fokus bahwa saya mendukung salah satu diantara kalian sebab menegakkan rasa kemanusiaan dan menegakkan syariah adalah hal yang sama baiknya maka tidak perlu ada perdebatan di dalamnya..fokus tulisan saya adalah untuk menghindari debat berlebihan terutama debat kusir tanpa dasar yang jelas
Berikut adalah kutipan yang dapat menjadi dasar kuat untuk menghindari perdebatan
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ ۚ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ ۖ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan kebenaran, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan- peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.”(QS. al-Kahfi [18]: 56).
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 1)
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Nahl [16]: 125)
وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.” Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 111)